ARTIKEL
Menelisik Jejak Peradaban Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Bonang di Jawa Timur
LAMONGAN – Santri Pondok Pesantren Darul Amanah melaksanakan ziarah ke Makam Sunan Drajat Lamongan dan Makam Sunan Bonang Tuban, Jum’at, 24 Juni 2022.
Sunan Drajat dikenal pula dengan nama Raden Qosim, merupakan putera dari Sunan Prapen dari perkawinannya dengan Nyai Ageng Manila.
Beliau menyebarkan agama Islam di desa Banjaragung, Paciran, Lamongan. Dari Banjaranyar beliau melanjutkan perjalanan ke arah Selatan di sebuah perkampungan bernama Desa Jelak yang masih menganut agama Hindu-Budha. Di desa ini Sunan Drajat mendirikan mushollah untuk berjamaah dan mengajarkan agama Islam kepada santrinya. Peristiwa ini berlangsung pada tahun 1481 M.
Setahun kemudian beliau membuka daerah baru di sebuah bukit yang masih berupa hutan belantara yang dinamakan Desa Drajat. Bermula dari sanalah beliau mendapat gelar Sunan Drajat. Disamping itu beliau mempunyai gelar yang lain yaitu pada tahun 1984 M Raden Patah dari Demak memberikan gelar Sunan Mayang Madu.
Dalam menyiarkan agama Islam, beliau sangat terkenal dengan rasa sosial, kesejahteraan umum guna mengatasi kesengsaraan umat. Beliau sangat memperhatikan nasib para fakir miskin, yatim piatu dan orang-orang terlantar. Beliau memelopori orang-orang kaya dan para bangsawan untuk mengeluarkan infak, shodaqoh, dan zakat sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam.
Dalam mengajarkan ajarannya beliau menciptakan kata-kata mutiara, yakni; “Menehon manangan marang wong kang keluwen”, “Menehono ngiyup marang wong kang kaudanan”, “Menehono busono marang kang wudo”. Artinya “Berikanlah makan kepada orang yang kelaparan”, “Berikanlah makan kepada orang yang kelaparan”, “Berikanlah keteduhan kepada orang yang kehujanan”, “Berikanlah busana kepada orang yang tidak berpakaian”.
Dalam mengajarkan agama Islam Sunan Drajat Menggunakan media kesenian. Beliau menciptakan tembang Pangkur, sedangkan alat musik yang digunakan berupa gamelan yang bernama Singo Mengkok yang sekarang dsimpan di Museum Sunan Drajat.
Sedangkan Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 di Rembang dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila.
Dalam hal pendidikan, Sunan Bonang belajar pengetahuan dan ilmu agama dari ayahandanya sendiri, yaitu Sunan Ampel. Ia belajar bersama santri-santri Sunan Ampel yang lain seperti Sunan Giri, Raden Patah dan Raden Kusen.
Selain dari Sunan Ampel, Sunan Bonang juga menuntut ilmu kepada Syaikh Maulana Ishak, yaitu sewaktu bersama-sama Raden Paku Sunan Giri ke Malaka dalam perjalanan haji ke tanah suci.
Sunan Bonang dikenal sebagai seorang penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan ilmu silat dengan kesaktian dan kedigdayaan menakjubkan.
Bahkan, masyarakat mengenal Sunan Bonang sebagai seseorang yang sangat pandai mencari sumber air di tempat-tempat yang sulit air.