Pondok Pesantren Darul Amanah Selenggarakan Sholat Hari Raya Idul Adha 1442 H

DARUL AMANAH – Keluarga Besar Pondok Pesantren Darul Amanah pada hari Selasa, 20 Juli 2021, Laksanakan Sholat Idul Adha 1442 H di Masjid Darunnajah Pondok Pesantren Darul Amanah Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal.

Seluruh Dewan Asatidz dan santri mengumandangkan kalimat Takbir, Tahmid dan Tahlil dengan tujuan mengagungkan nama Allah SWT.

Pelaksanaan Sholat Idul Adha di Pondok Pesantren Darul Amanah kali ini Bertindak sebagai Imam yaitu Ustadz Badrudin, S.P.d.I, dilanjutkan Materi Khutbah Idul Adha Oleh Khotib Ustadz Mukhrodi, M.Pd.

Berikut ringkasan materi khutbah dengan tema MAKNA HARI RAYA IDUL ADHA

1.Lantunan takbir bergema di Masjid-Masjid, pesantren-pesantren, Langgar, Surau dan bahkan di setiap rumah kaum Muslimin diseluruh dunia. Hendaknya lantunan menggema takbir menjadikan kita semua ingat bahwa hanya Allah SWT- lah yang Maha Besar, lainnya kecil dihadapan-Nya. Segala apa yang kita miliki seharusnya menjadi kecil, remeh-temeh dihadapan perintah Allah SWT.

2. Perintah Allah SWT untuk mengagungkan Asma-Nya dan Meninggikan perintahnya selayaknya disambut dengan senang hati, sebagaimana Allah memerintahkan untuk melakukan Ibadah Kurban yang kita sama-sama rayakan pada hari ini, 10 Dzulhijjah. Hari Raya Kurban atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan Idul Adha bukan hanya sekedar rutinitas tahunan yang sudah mensyariat dalam Agama Islam. Namun memiliki sejarah, makna dan pesan mendalam yang sangat baik untuk direnungkan.

3. Sudah maklum dalam ingatan kita bahwa awal mula disyariatkannya Kurban bertitik tumpu pada pengorbanan Nabiyullah Ibrahim AS ketika bersedia hati mengorbankan anaknya bernama Ismail AS. Ibrahim AS yang berasal dari bahasa Ibrani berarti Bapak Umat (Ab = Bapak dan Raham = Umat) karena dari beliau muncul agama samawi yang sekarang kita kenal.

4. Ismail AS adalah putra dari Hajar, Istri kedua Nabi Ibrahim AS yang berasal dari Mesir yang dinikahi setelah sekian lama tidak memiliki keturunan dari Istri pertama Sarah. Kelahiran Ismail AS yang sudah sangat dinantikan memberikan kegembiraan tidak terkira kepada Nabi Ibrahim AS. Akan tetapi setelah Ismail AS lahir, Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengungsikan dan meninggalkan Sarah-Ismail AS ke daerah selatan, sebuah lembah kering tanpa kehidupan yang kita kenal dengan Makkah sekarang. Ini menjadi pengorbanan pertama Nabi Ibrahim AS atas perintah Allah SWT yang sangat tidak masuk akal.

5. Kesabaran dan ketaatan Ibunda Ismail AS kepada suami juga menjadi ibrah tersendiri. Bagaimana mungkin seorang istri mampu untuk bersabar dan menerima dengan lapang dada ditinggal oleh suami dengan membawa bayi merah ditengah gurun pasir ganas dan gersang tanpa kehidupan. Pengorbanan ini sangat tidak masuk akal namun itulah kekuatan Iman kepada perintah Allah SWT yang pasti memiliki hikmah sempurna didalamnya.

6. Pertolongan Allah SWT ditengah kekalutan yakni menggerakan kaki Ismail AS yang kemudian menjadi mata air paling suci di dunia, Air Zam zam, mata air yang tidak pernah kering sejak masa Nabi Ismail AS sampai sekarang. Ini merupakan jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS dalam surat Ibrahim ayat 37 :

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ.

“ Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”

7. Keimanan, kesabaran dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS diuji tidak berhenti, bahkan menginjak Nabi Ismail AS besar, Nabi Ibrahim AS kembali diberi perintah melalui mimpi beliau yang diabadikan dalam surat Ash-Shaffat : 102,

إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (Ash-Shaffat: 102)

8. Seorang seorang ayah normal akan mustahil membayangkan sebuah perintah untuk menyembelih anaknya sendiri yang bahkan semenjak bayi sudah ditinggal dilembah kering-gersang. Pun bagi seorang anak biasa akan mustahil mematuhi ayahnya dengan kepatuhan sempurna sebagaimana Ismail AS. Jawaban Nabi Ismail AS sebagai anak dengan kesempurnaan akhlak terabadikan dalam ayat;

قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar” (Ash-Shaffat: 102)

9. Disinilah puncak ketakwaan seorang Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS teruji. Maka Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Dari sini menjadi tonggak disyariatkannya Ibadah Kurban yang menjadi hari raya Idul Adha.

10. Allah SWT memberikan monumen penghargaan dengan menjadikan pengorbanan keluarga Ibrahim AS sebagai syariat dalam Islam. Hal ini tentunya tidak lepas dari relasi/ hubungan antara Ayah yang patuh dalam menjalankan syariat Allah SWT, Istri yang patuh dengan ketentuan dariNya, dan anak yang memiliki kepatuhan sempurna kepada orang tuanya.

11. Monumen untuk mengenang kekalutan Hajar ketika mencari air kita kenal Sai yakni berlari dari bukit Shafa-Marwa. Monumen hentakan kaki Ismail AS memunculkan mata air yang kita kenal dengan Sumur Zam-zam, mata air tersuci yang ada dibumi. Dan Allah SWT juga mengabadikan pengorbanan Ibrahim AS dan Ismail AS dengan mensyariatkan Kurban dengan menyembelih hewan.

12. Hendaknya kita memaknai pengorbanan atau Tadhiyyah dihari raya Idul Adha sebagai momentum untuk memahami makna pengorbanan seutuhnya. Pengorbanan harus dilandasi beriman kepada Allah SWT, serta kepatuhan- sami’na wa atha’na.

13. Jika kita ingin nama kita ingin selalu dikenang dalam benak sejarah dan dikategorikan oleh Allah SWT sebagai manusia mulia, maka kita harus menanamkan nilai-nilai tadhiyyah/ Adha dalam setiap langkah kehidupan.

14. Idul Adha akan sangat hambar ketika kita hanya menjalankan rutinitas tanpa memikirkan nilai yang terkandung dalam ajaran Islam yang sangat luhur ini. Terutama bagi santri, jangan jadikan pengorbanan kalian dalam menimba ilmu sia-sia karena tidak memiliki niat karena Allah SWT.

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahu A’lam.

Scroll to Top