May 012020
 

Kajian Kitab Nashoihul Ibad : ‘Bab 6 – Maqalah 14’ – Ustadz Isrondi

Kajian Kita pagi ini kita akan membahas Maqalah ke-14 pada bab ke 6 dalam kitab Nashoihul Ibad. Ada enam perkara yang dijelaskan oleh penulis kitab yang diangkat dari sebuah pernyataan dari Ahnaf bin Qays ra.  yang menyebutkan :

(و) المقالة الرابعة عشرة (قال احنف بن قيس رضي الله عنه : لا راحة للحسود )

            Perkara yang pertama di bahas dalam maqalah ini, sesuai dengan pernyataan Ahnaf bin Qays adalah : tidak ada sebuah keenakan bagi orang yang hasud. Keenakan yang dimaksud oleh Ahnaf bin Qays disini di jelaskan oleh Penulis kitab sebagai sebuah kenikmatan, kenyamanan atau ketentraman bagi seorang yang memiliki sifat hasud.

Artinya, orang yang memiliki sifat hasud tidak akan merasakan kenyamanan dan ketentraman dalam kehdupannya. Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT tidak bisa dirasakan oleh seorang yang hasud. Sebab tidak pernah mensyukurinya.

Kemudian penulis memperkuat pendapat ini dengan pernyataan Abdul Mu’thi As-samlawi yang menuqil dari gurunya :

 قال عبد المعطي السملاوي نقلا عن شيخه البدر رحمه الله تعالى : يبلى الحسود بخمسة : حصول الذم له و حزن دائم وغلق باب التوفيق عليه ومصيبة دائمة لا اجر فيها و الغضب الشديد عليه من الله تعالى.

            “Akan rusak seorang yang hasud dengan 5 perkara : hasil dari celaan padanya, susah yang berkepanjangan, ditutupnya pintu pertolongan baginya, musibah berkepanjangan yang tidak ada pahala di dalamnya, dan murka Allah atas dirinya”

Jadi, jelas sudah bahwa tidak akan tentran hidup seorang yang memiliki sifat hasud di dalam hatinya. Bahkan dia akan rusak dengan perbuatannya sendiri serta mendapat murka Allah SWT.

ولا مروءة للكذوب) فالمروءة مراعاة الاحوال التي تكون على افضلها حتى لا يظهر منها قبيح عن قصد و لا يتوجه اليها ذم باستحقاق

            Yang kedua adalah tidak aka nada wibawa bagi seorang yang banyak berbohong. Wibawa yang dimaksudkan disini, dijelaskan sebagai dijaganya tingkah laku yang baik, sehingga tidak nampak perilaku buruk padanya dengan tidak merendahkan orang lain.

Artiya adalah bahwa seseorang yang suka berbohong tidak akan mendapat kehormatan ataupun wibawa di mata orang lain. Ini jelas, bahwa orang diketahui suka berbohong secara otomatis tidak akan dipercaya oleh orang lain. Saat itulah wibawanya akan hancur.

Diriwayatkan dari Nabi SAW :

 من عامل الناس فلم يظلمهم وحدثهم فلم يكذبهم ووعدهم فلم يخلفهم فهو ممن كملت مروءته وظهرت عدالته ووجبت اخوته.

            “Orang yang berbuat kepada manusia tanpa mendzalimi, yang berkata tanpa membohongi, yang berjanji tanpa mengingkari, maka dia termasuk dari orang-orang yang memiliki kehormatan yang sempurna, dan nampak jelas keadilannya. Maka wajib bagi kita untuk berkawan dengannya”

Dari hadis tersebut, semakin jelas bahwa orang yang sempurna wibawanya adalah mereka yang tidak suka dzalim, tidak suka berbohong dan tidak suka ingkar atas janji-janjinya.

 

Ustadz Isrondi, ketika menyapaikan materi Kitab Nashoihul Ibad

ولاحيلة للبخيل) وحد السخاء بذل ما يحتاج اليه عند الحاجة وان يوصله الى مستحقه بقدرالطاقة. واذا كان السخاء محدودا, فمن وقف على حده سمي كريما وكان للحمد مستحقا, ومن قصر عنه كان بخيلا و كان للذم مستوجبا

            Yang ketiga adalah tidak adanya kekuatan bagi orang-orang yang bakhil (pelit). Adapun batasan-batasan orang bisa diaggap sebagai pemurah atau dermawan adalah ketika ia bisa memberikan apa yang dimiliki kepada orang lain berhak sedangkan ia masih membutuhkan.

Maksudnya adalah orang itu bisa dianggap dermawan ketika ia memiliki uang 100.000 (misal) dan dia masih punya kebutuhan dengan uang 100.000 tersebut. Tetapi, dia mau memberikan sebagian dari uang yang dimilikinya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan.

Dan ketika seseorang sudah mencapai batasan dermawan tersebut, maka orang itu bisa disebut mulia, dan pujian berhak atasnya. Akan tetapi, jika belum sampai kepada batasan itu, bahkan jauh dari situ, maka dia termasuk kedalam golongan bakhil dan celaan pantas baginya.

. روي عن النبي ص.م انه قال : طعام الجواد دواء وكعام البخيل داء.

“Diriwayatkan dari Nabi SAW : Makanan orang yang dermawan adalah obat, dan makanan orang yang bakhil adalah penyakit”

 ولا وفاء للملوك ) لانه لا يستحي و لا يخاف من احاد الرعية)

            Perkara yang keempat adalah tidak akan mencukupi seorang ratu (penguasa). Karena ratu itu tidak mempunyai rasa malu dan takut kepada salah satu rakyatnya.

Jadi seorang ratu (pengguasa) tidak akan mampu memenuhi janjinya, ketika tidak memiliki malu dan takut kepada rakyatnya sama sekali.

 . روي انه صلى الله عليه وسلم قال  : صنفان من امتي ان صلحو صلحت الامة : الامراء و الفقهاء . رواه ابو نعيم

            “Dua golongan dari ummatku jika bagus maka bagus ummatku : pemerintah dan fuqoha’”

 . وروي انه صلى الله عليه وسلم قال : لن تهلك الرعية وان كانت ظالمة مسيئة اذا كانت الولاة هادية مهدية ولكن تهلك الرعية وان كانت هادية مهدية اذا كانت الولاة ظالمة مسيئة. رواه ابو نعيم.

            Diriwayatkan dari Nabi SAW : tidak akan rusak rakyat, meskipun rakyat tersebut dzalim dan berperilaku buruk selama pemerintah adalah orang yang menunjukkan dan diberi petunjuk. Tetapi akan rusak rakyat, meskipun termasuk golongan yang menunjukkan serta diberi petunjuk, jika pemerintahnya dzalim dan berperilaku buruk” (HR. Abu Nuaim)

 ولا سدود لسيئ الخلق ) روي انه صلى الله عليه وسلم قال : سوء الخلق شئم وشراركم اسوأكم  خلقا . رواه الخطيب)

            Yang kelima adalah tidak adanya kemulyaan bagi orang yang buruk akhlaknya. Diriwayatkan dari Nabi SAW : “Buruknya akhlak itu celaka, dan seburuk-buruknya kalian adalah yang menjelekkan akhlak”

و روي انه صلى الله عليه وسلم قال  احب عباد الله تعالى الى احسنهم خلقا. رواه الطبراني.

            Dan diriwayatkan dari Nabi SAW : “Hamba yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang bagus akhlaknya.” (HR. Tabrani)

و روي انه صلى الله عليه وسلم قال  : مكارم الاخلاق من اعمال الجنة . رواه الطبراني

            Dan diriwayatkan dari Nabi SAW : “Akhlak yang mulia adalah sebagian dari amal surga”

 

. انشدّ علي ابن ابي طالب رضي الله عنه :

ان المكارم اخلاق مطهرة # فالعقل اولها والدين ثانيها

والعلم ثالثها والحلم رابعها # والجود خامسها والعرف سادسها

والبر سابعها والصبر ثامنها # والشكر تاسعها و اللين عاشرها

            Berkaitan dengan akhlak yang mulia ini, Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan dalam sebuah sya’ir :

Sesungguhnya akhlak yang mulia itu membersihkan # Aqal yang pertama dan agama yang kedua

Ilmu yang ketiga dan murah hati yang keempat  # Dermawan yag kelima dan ‘Arif yang keenam

Berbuat kebaikan yang ketujuh dan sabar yang kedelapan # syukur yang kesembilan dan lemah lembut yang kesepuluh

Jadi menurut sayyidina Ali bin Abi Thalib, akhlak yang mulia akan membersihkan aqal, agama, ilmu kita, bisa mendatangkan kemurahan hati, kedermawanan, ke‘arifan, perbuatan baik, kesabaran, rasa syukur dan kelemah lembutan.

و لا راد لقضاء الله ) اي لتقديره الاشياء وارادته لها.)

            Yang keenam atau yang terakhir adalah tidak aka nada seseorang yang mampu menolak takadir Allah SWT.

Sorry, the comment form is closed at this time.