ARTIKEL
Kajian Kitab Mauidzah Ushfuriyah (Hadits 3) : ‘Kisah Tuhan dan Orang Tua’ – Ustadz Makinun Amin, S.Pd
Kajian Kitab Mauidzah Ushfuriyah (Hadis 3) : ‘Kisah Tuhan dan Orang Tua’ – Ustadz Makinun Amin, S.PdHadits ketiga :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْظُرُ إِلَى وَجْهِ الشَّيْخِ صَبَاحًا وَمَسَاءً وَيَقُوْلُ يَا عَبْدِيْ قَدْ كَبُرَ سِنُّكَ وَرَقَّ جِلْدُكَ وَدَقَّ عَظمُكَ وَاقْتَرَبَ أَجَلُكَ وَحَانَ قُدُوْمُكَ إِلَيَّ فَاسْتَحْيِ مِنِّيْ فَأَنَا أَسْتَحْيِ مِنْ شَيْبَتِكَ أَنْ أُعَذِّبَكَ فِى النَّارِ .
Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya Allah Ta’ala memandang wajah orang tua setiap pagi dan petang dan berfirman; Wahai hamba-Ku! Usiamu telah tua, kulitmu telah keriput, tulang-tulangmu telah rapuh dan masa kehadiranmu kehadapan-Ku telah dekat maka merasa malulah kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku merasa malu lantaran usia tuamu untuk menyiksamu dalam neraka”.
Hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik di atas memiliki dua perspektif pelajaran yang bisa kita petik. Yang pertama adalah himbauan kepada orang-orang yang sudah tua untuk senantiasa taat kepada Allah SWT. Ini jelas disebutkan dalam Firman Allah yang dimuat dalam hadits tersebut, dengan redaksi ‘Malulah kepadaku’. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa malu yang dimaksudkan adalah malu untuk tidak taat kepada Allah, malu jika tidak melaksanakan perintahnya, malu jika melanggar laranganya.
Lalu pelajaran yang kedua diperuntukkan kepada hamba-hamba Allah yang masih muda. Bahwasanya mereka yang masih muda supaya memuliakan orang-orang tua. Hal tersebut diperlihatkan langsung oleh Allah SWT sebagaimana disebut dalam hadits di atas : ‘…. Karena sesungguhnya Aku merasa malu lantaran usia tuamu untuk menyiksamu dalam neraka’.
Dilihat dari segi adab dan akhlak pun jelas adanya. Bahwa seorang yang masih muda harus menghormati yang lebih tua darinya. Beberapa riwayat mengenai bagaimana Allah memuliakan orang-orang yang memuliakan orang tua cum dijelaskan dalam kitab ini.
Dikisahkan suatu ketika sayyidina ‘Aliy ra pergi ke masjid dengan tergesa-gesa hendak melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah. Di tengah perjalanan dia berjumpa dengan seorang kakek yang berjalan di depannya dengan tenang dan lamban. Meski demikian, Sayyidina Ali tidak mendahuluinya sebab memuliakan dan mengagungkan shifat tuanya, hingga masuk waktu terbitnya matahari.
Ketika sampai di depan pintu masjid, ternyata kakek tersebut tidak masuk ke dalam masjid. Barulah sayyidina ‘Aliy mengerti bahwa kakek tadi adalah orang nashrani. Lantas dia masuk ke dalam masjid dengan keheranan, sebab menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan ruku’ dan memanjangkan ruku’nya se ukuran dua kali ruku’, sehingga Sayyidina ‘Aliy bisa melaksanakan ruku’ bersama Rasulullah SAW.
Usai shalat, sayyidina ‘Aliy ra bertanya ; “Wahai Rasulallah! Mengapa dalam shalat ini tuan memanjang ruku’, padahal tuan tidak pernah melakukan hal seperti in?”. Rasulullah SAW menjawab; “Ketika aku ruku’ dan membaca ‘Subhaana Robbiyal ‘Adziimi’ seperti biasanya, dan ketika aku hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalam dan meletakkan sayapnya di punggungku serta menahanku dalam waktu yang cukup lama. Setelah ia mengangkat sayapnya barulah aku mengangkat kepalaku”. Para shahabat bertanya; “Mengapa malaikat Jibril melakukan hal itu?” Rasulullah SAW menjawab; “Aku tidak bertanya kepadanya tentang hal itu”.
Kemudian datanglah malaikat Jibril dan berkata; “Wahai Muhammad ! Sesungguhnya sayyidina ‘Aliy dalam keadaan tergesa-gesa saat menuju shalat berjama’ah. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan kakek nashrani dan dia tidak mengerti bahwa kakek itu adalah orang nashrani. Namun, dia memuliakannya lantaran usianya yang telah tua, tidak mendahuluinya dan menjaga haknya. Lantas Allah Ta’ala memerintahkanku untuk menahanmu dalam keadaan ruku’ hingga sayyidina ‘Aliy menemukan ruku’ shalat shubuh bersamamu. Ini bukanlah hal yang mengherankan, tapi yang lebih mengherankan adalah; Allah Ta’ala memerintahkan malaikat Mika’il untuk menahan matahari dengan sayapnya hingga matahari tidak terbit dalam waktu yang cukup lama karena sayyidina ‘Aliy ra”.
Mushonif kitab ini, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar al Ushfury memberikan penjelasan mengenai kisah tersebut, bahwa ; Inilah derajat seseorang sebab memuliakan orang yang tua renta, meskipun dia adalah orang nashrani.
Dalam hikayat lain juga diceritakan bagaimana Allah sangat memuliakan orang-orang tua. Sebagaimana kisah salah seorang guru Abu Manshur Al Maturidi.
Dikisahkan ketika wafat mendekati gurunya Abu Manshur Al Maturidi yang saat itu berusia 80 tahun. Beliau yang masih dalam keadaan sakit lantas menyuruh Abu Manshur Al Maturidi untuk mencari hamba sahaya yang usianya sama dengan gurunya, untuk dibelinya dan di merdekakannya.
Abu Manshur Al Maturidi lantas pergi mencari ke pelosok negeri, namun tidak menemukan hamba sahaya yang sebaya dengan gurunya. Orang-orang berkata kepadanya ; “Bagaimana mungkin engkau dapat menemukan seorang hamba yang berusia 80 tahun sementara dia masih menjadi budak dan belum di merdekakan?”.
Dengan tanpa hasil yang diinginkan, Abu Manshur Al Maturidi kembali menemui gurunya dan menyampaikan apa yang di katakan oleh orang-orang. Ketika mendengar ucapan tersebut lantas gurunya meletakkan kepalanya ke tanah dan bermunajat kepada Tuhannya; “Wahai Tahanku ! Sesungguhnya seorang makhluq tidaklah menahan kemurahan hatinya apabila hamba sahayanya telah berusia 80 tahun dengan membiarkannya tetap menjadi budak, akan tetapi dia akan memerdekakannya. Kini usiaku telah mencapi 80 tahun, bagaimana mungkin Engkau tidak akan memerdekakaknku dari api nereka. Sedangkan Engkau adalah Maha Pemurah, Maha Dermawan, Maha Agung, Maha Pemberi ampun dan Maha Penerima syukur.” Maka kemudian Allah Ta’ala memerdekakannya sebab ke indahan munajatnya.
Dalam hikayat yang kedua ini kita bisa melihat perspektif pelajaran pertama dan kedua yang sudah disebutkan di atas, semuanya ada dalam kisa kedua ini. Yang pertama, adalah guru Abu Manshur Al Maturidi yang senantiasa beribadah dan bermunajat kepada Allah di usia tuanya, lalu yang kedua, adalah bagaimana orang-orang memuliakan seorang budak yang berumur 80 tahun, serta Allah memerdekakan guru Abu Manshur Al Maturidi yang sudah tua dan senantiasa bermunajat kepada Allah SWT.