Kenali Pesantren, Agar Tak Salah Paham

Pimpinan Pesantren berikan arahan kepada Santri untuk mengenal lebih jauh pesantren
Pimpinan Pesantren berikan arahan kepada Santri untuk mengenal lebih jauh pesantren

Beberapa permasalahan yang muncul pada santri baru yang tidak betah di pesantren biasanya terjadi karena mereka kurang mengenal betul seperti apa pesantren itu. Sehingga yang terjadi adalah kesalah pahaman dalam mendefinisikan pesantren.

Pimpinan Pesantren, KH. Mas’ud Abdul Qodir, dalam khutbahnya pada pembukaan khutbatul arsy tahun ajaran 2018/2019 mengintruksikan agar semua santri ini mengenali pesantren betul-betul, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yangmenjadikan mereka tidak betah.

Pimpinan Pesantren kemudian menambahkan beberapa ibarat kesalahpahaman yang biasa terjadi di pesantren dan menyampaikan agar para santri ini tidak menjadi seperti itu.

– Seperti Monyet yang makan manggis.

Monyet ketika diberi manggis akan langsung menggigit manggis tersebut tanpa mengupasnya, sehingga yang dirasakan adalah rasa pahit dari kulit manggis. akhirnya ia membuangnya tanpa mengetahui begitu nikmat isi dari buah manggis tersebut.

Santri jangan sampai baru masuk pesantren, kemudian merasakan tidak enaknya di pesantren akhirnya keluar meninggalkan pesantren tanpa terlebih dahulu menghayati arti kehidupan dipesantren yang nantinya akan memberikan hakikat kenikmatan hidup di dunia dan di akhirat.

– Seperti Orang buta yang meraba gajah

4 Orang buta yang tidak tahu seperti apa gajah, ketika di kebun binatang diantarkan ke kandang gajah kemudian diminta untuk merabanya. orang buta pertama memegang telinga, orang kedua memegang badan, orang ketiga memegang kaki gajah dan orang keempat memegang ekor gajah. setelah itu mereka di tanya satu persatu, “seperti apa gajah itu?” maka orang pertama akan menjawab, “gajah itu lebar dan tipis seperti kipas”. lalu orang kedua akan menjawab, “gajah itu besar seperti gunung”. orang ketiga akan menjawab “gajah itu seperti pohon bambu”. dan orang keempat akan menjawab “gajah itu panjang seperti ular”. padahal sebenarnya gajah tidak seperti apa yang diceritakan oleh keempat orang buta tersebut.

santri pun harus mengenal betul seperti apa pesantren itu, jangan hanya memandang dari satu sudut saja kemudian sudah mendefinisikan seperti apa pesantren itu.

اُدْخُلُوْا فِيْ مَعْهَدِ دَارِ الْاَمَانَةِ كَآفَّةً
“masuklah ke Darul Amanah secara kaffah (seutuhnya)”

dengan demikian, maka akan tahu seperti apa pesantren yang sebenarnya.

– Seperti orang yang melihat hutan yang tertutup satu pohon besar

hutan itu dipenuhi oleh pepohonan yangbegitu banyak. namun ketika seseorang melihat hutan itu danterhalang oleh satu pohon maka yang ia lihat hanya satu pohon tersebut tanpa melihat pohon yang lainya.

di pesantren begitu banyak santri, semuanya adalah teman, semuanya adalah keluarga. jika seorang santri melihat pesantren seperti orang yang melihat hutan tapi terhalang satu pohon besar, maka ia tidak bisa melihat banyaknya saudara yang ada di pesantren. saat ditinggal satu temannya, ia tidak bisa melihat orang lain sebagai temannya dan ia akan merasakan kesendirian dalam hiruk pikuk ramainya pesantren.