Kajian Kitab Mauidzah Ushfuriyah (Hadits 4) : ‘Kisah Sayyidina Ali dan 10 Orang Khawarij’ – Ustadz Makinun Amin, S.Pd

Kajian Kitab Mauidzah Ushfuriyah (Hadits 4) : ‘Kisah Sayyidina Ali dan 10 Orang Khawarij’ – Ustadz Makinun Amin, S.Pd

Hadis yang keempat :

عَنْ ابْرَاهِيْمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضْيَ اللهُ عَنْهُمْ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ يَنْتَفِعُ فِى آخِرَتِهِ وَدُنْيَاهُ أَعْطَاهُ اللهُ خَيْرًا لَهُ مِنْ عُمْرِ الدُّنْيَا سَبْعَةِ آلَافِ سَنَةٍ صِيَامِ نَهَارِهَا وَقِيَامِ لَيَالِيْهَا مَقْبُوْلًا غَيْرَ مَرْدُوْدٍ .

Dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhum ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Barangsiapa yang mempelajari satu macam ‘ilmu yang bermanfa’at bagi akhirat dan dunianya maka Allah Ta’ala akan memberinya kebaikan dari usia dunia yaitu pahala puasa dan ‘ibadah malam selama 70 ribu tahun yang di terima, tidak di tolak”.

 

Hadits di atas menjelaskan betapa besarnya ganjaran ilmu yang manfaat. Bukan hanya mendapat manfaat dari ilmu itu sendiri, tapi juga mendaat balasan yang luar biasa dari Allah SWT.  Sampai-sampai satu ilmu yang manfaat diganjar seperti pahala puasa dan ibadah malam selama 70 ribu tahun. Maka sungguh tidak heran jika orang yang ‘alim itu begitu terhormat, baik di mata manusia maupun di hadapan Allah SWT.

Bukan hanya orang yang memiliki ilmu, orang yang sedang dalam proses belajar atau menimba ilmu pun tidak kalah besar ganjaran dan derajatnya di hadapan Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa menuntut ilmu adalah ‘amal seorang pahlawan.

عَنْ ابْرَاهِيْمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضْيَ اللهُ عَنْهُمْ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ أَعْمَالُ الْمَكْفِيِّيْنَ وَالصَّلَاةُ أَعْمَالُ الْأَعَاجِزِ وَالصَّوْمُ أَعْمَالُ الْفُقَرَاءِ وَالتَّسْبِيْحُ أَعْمَالُ النِّسَاءِ وَالصَّدَقَةُ أَعْمَالُ الْأَسْخِيَاءِ وَالتَّفَكُّرُ أَعْمَالُ الضُّعَفَاءِ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَعْمَالِ الْاَبْطَالِ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا أَعْمَالُ الْاَبْطَالِ قَالَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَإِنَّهُ نُوْرُ الْمُؤْمِنِ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhum ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Membaca Al Qur’an adalah ‘amal orang-orang yang berkecukupan, shalat adalah ‘amal orang-orang yang tidak mampu, puasa adalah ‘amal orang-orang faqir, tasbih adalah ‘amal kaum wanita, shadaqah adalah ‘amal orang-orang yang dermawan dan tafakkur adalah ‘amal orang-orang yang lemah. Maukah kalian aku tunjukkan ‘amal para pahlawan? Beliau ditanya; Wahai Rasulallah! Apakah ‘amal para pahlawan? Beliau menjawab; “Menuntut ‘ilmu, sesungguhnya menuntut ‘ilmu adalah cahaya orang mu’min di dunia dan di akhirat”.

Jadi sudah tidak ada alas an lagi untuk tidak menimba ilmu. Sebab jelas bahwa ilmu, ahlul ilmi, dan mereka yang menimba ilmu begitu tinggi derajatnya.

Jika diibaratkan sebuah wilayah, maka kotanya ilmu adalah Nabi Muhammad SAW. Seorang manusia yang paling mulia diantara mannusia-manusia lainnya. Lalu setelah beliau Nabi Muhammad SAW, adalah beliau Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Darimana dasarnya ? Hadits Nabi SAW mnyebutkan :

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Aku adalah kotanya ‘ilmu dan ‘Aliy adalah pintunya”.

Ada kisah menarik berkaitan dengan dijulukinya Sahabat ‘Ali sebagai Pintunya kota ‘ilmu sebagaimana hadits Nabi di atas.

Ketika kaum khawarij mendengar hadits ini, mereka iri dengki kepada sayyidina ‘Aliy. Maka berkumpullah sepuluh orang dari pembesar mereka. Mereka berkata; Kami akan bertanya kepadanya dengan satu pertanyaan, dan kami akan melihat bagaimana dia menjawab pertanyaan kami, apabila dia menjawab dengan jawaban dan dalil yang berbeda maka kami akan mengetahui bahwa dia adalah orang ‘Alim sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW.

Maka berangkatlah orang pertama dari mereka menuju Sayyidina ‘Ali dan bertanya; “Wahai ‘Aliy! Manakah yang lebih utama, ‘ilmu atau harta?” sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu itu lebih utama daripada harta. Orang pertama bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

العلم ميراث الانبياء والمال ميراث قارون وشداد وفرعون وغيرهم

‘Ilmu adalah waritsan para Nabi, sedangkan harta adalah waritsan Qarun, Syaddat, Fir’aun dan lain-lainnya.’

Lalu orang pertama pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang yang ke dua dan bertanya seperti pertanyaan orang yang pertama. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke dua bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

العلم يحرسك والمال تحرسه

‘Ilmu itu yang menjagamu, sedangkan harta itu kamu yang menjaganya.’

Lantas orang kedua pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang yang ketiga dan bertanya seperti pertanyaan orang yang pertama dan ke dua. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke tiga bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

لصاحب المال عدوّ كثير ولصاحب العلم صديق كثير

‘Orang yang memiliki harta memiliki banyak lawan, sedangkan orang yang memiliki ‘ilmu memiliki banyak kawan.’

Lalu dia pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang yang ke empat dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke empat bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

اذا صرفت من المال فانه ينقص واذا صرفت من العلم يزيد

‘Apabila harta itu di salurkan ia akan berkurang, sedangkan ‘ilmu bila di salurkan ia akan bertambah.’

Lantas dia pergi. Kemudian datanglah orang yang ke lima dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke lima bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

صاحب المال يدعى باسم البخل و اللؤم وصاحب العلم يدعى باسم العظام و الكرام

“Orang yang berharta akan di panggil dengan panggilan Bakhil (pelit) dan tercela, sedangkan orang yang ber’ilmu akan di penggil dengan panggilan yang agung dan mulia.” Lalu dia pergi dengan membawa jawaban tersebut.

Kemudian datanglah orang yang ke enam dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke enam bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

المال يحفظ من السّارق و العلم لا يحفظ من السّارق

“Harta itu di jaga dari pencuri, sedangkan ‘ilmu tidak di jaga dari pencuri”.

Lantas dia pergi. Kemudian datanglah orang yang ke tujuh dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke tujuh bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

صاحب المال يحاسب في يوم القيامة وصاحب العلم يشفع يوم القيامة

“Orang yang mempunyai harta kelak akan di hisab di hari kiamat, sedangkan orang yang mempunyai ‘ilmu kelak akan di beri syafa’at di hari kiamat”.

Lalu dia pergi. Kemudian datanglah orang yang ke delapan dan bertanya seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke delapan bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

المال يندر بطول المكث ومرور الزمان و العلم لا يندرس و لا يبلى

“Harta akan usang sebab di telan zaman, sedangkan ‘ilmu tidak akan usang dan busuk”.

Lantas dia pergi. Kemudian datanglah orang yang ke sembilan dan bertanya seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang ke sembilan bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

المال يقسّي القلب و العلم ينوّر القلب

“Harta mengeraskan hati, sedangkan ‘ilmu menyinari hati”.

Lalu dia pergi. Kemudian datanglah orang yang terakhir dan bertanya tentang hal yang sama seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina ‘Aliy menjawab; ‘Ilmu lebih utama daripada harta. Orang yang terakhir bertanya; Mana dalilnya? Sayyidina ‘Aliy menjawab;

صاحب المال يدعي الربوبية بسبب المال ويدعي صاحب العلم العبودية

“Orang yang berharta akan memiliki shifat Rububiyyah, sedangkan orang yang ber’ilmu akan memiliki shifat ‘Ubudiyyah”.

Sayyidina ‘Aliy melanjutkan; ‘Sekiranya kalian semua bertanya kepadaku tentang hal ini, tentu aku akan menjawab dengan jawaban yang berbeda selama aku masih hidup’. Lantas sepuluh orang itu datang dan semuanya menyerah.

Scroll to Top