Profil KH. Mas’ud Abdul Qodir
KH. Mas’ud Abdul Qodir adalah putra pertama dari lima bersaudara yaitu H. Abdul Haris Qodir, H. Sa’ib, BA, H. Nasroh dan Hj Masiti. Beliau dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1949 dari pasangan suami istri Bapak Abdul Qodir dan Ibu Surani. Mereka tinggal di dusun Gondorio desa Gondoharum Pageruyung Kendal.
Sejak kecil KH. Mas’ud Abdul Qodir memang sudah kelihatan disiplin dalam beribadah, hal ini dibuktikan ketika beliau memasuki usia SMP, beliau selalu berjamaah Subuh setiap hari, kadang yang Adzan kadang juga yang memukul bedugnya. Selain disiplin, beliau mempunyai kemauan yang luar biasa tinggi dalam menuntut ilmu (bersekolah) dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
Di eranya beliau, banyak orang yang belum terlalu memikirkan pendidikan dan sekolahpun masih jarang akan tetapi beliau mempunyai kemauan tersendiri untuk bersekolah, dan juga dari keluarga beliau pun memang diantara salah satu keluarga yang memikirkan pendidikan disamping juga agamanya.
Selain itu kedua orang tuanya juga selalu mengajarkan dan melatih kepada putra-putrinya untuk senantiasa taat dalam beribadah. Adapun latar belakang KH. Mas’ud Abdul Qodir adalah murni dari golongan pedagang baik dari pihak Bapak maupun dari pihak Ibu, sehingga hidup sederhana berprihatin pun juga selalu diajarkan oleh orang tua beliau, dan sebelumnya juga mewarisi garis profesi orang tuanya sebagai pedagang.
KH. Mas’ud Abdul Qodir menikah dengan putri dari Bapak H. Said dan Ibu Khamzanah yang berasal dari desa Kemloko Mojoagung Plantungan Kendal. Beliau adalah Hj. Nur Halimah yang lahir pada tanggal 26 Januari 1956, yang juga menjabat sebagai bagian Pengkaderan di Pondok Pesantren Darul Amanah.
Selama pernikahannya dengan KH. Mas’ud Abdul Qodir, Hj. Nur Halimahdikaruniai dua orang Putra yang pertama yaitu H. Muhammad Adib, Lc, MA sebagai Kepala MA Darul Amanah sekaligus Wakil Pimpinan Pesantren lulusan S1 Tafsir Hadits Al-Azhar Mesir (2004), S2 UIN Jakarta (2007) dan yang kedua yaitu H. Muhammad Fatwa, S.Pd. I sebagai Wakil Pimpinan Pesantren, pendidikan yang pernah alami yaitu Pondok Modern Gontor Ponorogo, PP. Al Amin Madura, Pesantren Darul Mustofa Yaman Timtengah, S1 Tarbiyah Al -Aqidah Jakarta, S2 UIN Walisongo Semarang.
Tidak jauh berbeda dari kedua orang tuanya KH. Mas’ud Abdul Qodir juga membekali putra-putranya dengan nilai-nilai agama Islam, mengajari untuk menuntut ilmu dan terus belajar karena bahwa seseorang tidak akan menjadi pandai tanpa adanya proses pembelajaran, dan juga mengajari untuk senantiasa hidup sederhana berprihatin.
KH. Mas’ud Abdul Qodir menempuh pendidikan formal tingkat dasar dimulai dari Sekolah Rakyat (SR) di Parakan Sebaran Pageruyung Kendal tahun 1955-1961, dimana disekolah tersebut KH. Mas’ud Abdul Qodir belajar sampai di sekolah terakhir dan mendapatkan sertifikat sebagai tanda kelulusan. Kemudian dilanjutkan ke SMP Kanisius Sukorejo tahun 1961-1963. Setelah lulus SMP, kemudian dilanjutkan mondok pertama kali di Pondok Pesantren Dondong Mangkang Semarang tahun 1963-1966, akan tetapi disamping mondok di Mangkang beliau juga mondok di Kaliwungu.
Jadi selama 3 tahun beliau pindah 2x yaitu di Mangkang dan di Kaliwungu.Kemudian untuk lebih meningkatkan ilmunya lagi beliau melanjutkan mondok di Pondok Modern Gontor 1 tahun 1967-1972, ditambah pengabdiannya selama 2 tahun. Pertama menjadi bagian Kesenian, kemudian setelah itu menjadi ketua OPPM selama 2 tahun kelas 5 dan 6, kemudian menjadi bagian Pengasuhan Pondok Modern Gontor, dan juga beliau kuliah D2 di ISID yang sekarang namanya UNIDA.
Dalam menuntut ilmu, beliau itu orangnya supel, kemauan belajarnya luar biasa tinggi sehingga beliau lebih berprestasi daripada anak-anak pada waktu itu. Seangkatannyapun beliau termasuk katagori lumayan pintar, beliau termasuk yang lulus SR (Sekolah Rakyat) dari 40 anak dan hanya ada 6 anak saja yang lulus termasuk beliau. Beliau juga sering juara salah satunya di bidang kesenian Tarik suara (mempunyai prestasi di bidang kesenian). Adapun ilmu-ilmu yang beliau pelajari selama di pondok diantaranya hampir semua kitab-kitab terkenal diajarkan semua, dari kitab terendah Safinatunnajah kemudian yang tertinggi Alfiah dan masih banyak lagi kitab-kitab lainnya. Akan tetapi yang paling beliau kuasai khususnya pada bidang Bahasa Arab.
Tanda-tanda kecerdasan KH. Mas’ud Abdul Qodir telah nampak diwaktu masih belajar di pondok yang beliau singgahi. Selama beliau di pondok tidak ada waktu yang terlewati dengan sia-sia, melainkan digunakan untuk belajar, maka tidak aneh jika KH. Mas’ud Abdul Qodir memiliki wawasan yang luas tentang keislaman. Selama di pondok beliau selalu berada di kelas B sewaktu di Pondok Modern Gontor, artinya kelas B adalah kelas yang menjadi kelas terpandai, kelas yang diisi oleh anak-anak yang tergolong paling pintar dan selama 6 tahun beliau tidak pernah turun kelas melainkan selalu di kelas B sampai beliau lulus.
Sedangkan kelas A adalah kelas yang tidak pandai di Pondok Modern Gontor. Selain itu beliau juga mengajari teman-temannya yang ingin masuk ke Pondok Modern Gontor, dengan cara berguru dengan beliau, diajarai dipelajari caranya ke Gontor (privat). Salah satu yang privat dengan beliau dan sekarang menjadi kyai adalah KH. Jamhari Abdul Jalal (Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Cipinang Bogor), kemudian Alm. Dr. H. Dihyatun Masqom, MA (Bagian Bahasa UNIDA).
Sebagai seorang kyai, KH. Mas’ud Abdul Qodir memiliki kepribadian yang sangat baik dan menarik, baik dengan para pengikut (santrinya) maupun dengan masyarakat yang lain. Beliau merupakan profil kyai yang sederhana. Dalam kehidupannya sesuai dengan namanya yaitu seorang kyai apalagi lulusan dari Gontor itu sudah ditanamkan jiwa salah satunya yaitu jiwa kesederhanaan dalam panca jiwa pesantren, jadi beliau memang sosok seorang yang sederhana, dalam artian kemampuan beliau, cara beliau dalam berpakaian ala kadarnya, ketika beliau sudah punya pondok rumahnya pun masih sangat sederhana masih nempel di pinggir pondok.
Selain itu beliau juga mudah bergaul, mudah mengenal orang lain dari kalangan orang bawah menengah sampai para pejabat, orangnya supel dan juga mempunyai link yang luar biasa. Beliau terkenal sebagai seorang yang ramah, perhatian (kalau dengan orang lain itu mudah ingat), bersahaja. Sedangkan kalau di masyarakat beliau terkenal sebagai orang yang artinya memang disegani, kebijakan beliau di desa pun menjadi berpengaruh besar baik itu kebijakan dalam bidang pemerintahan maupun masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, beliau itu menjadi narasumber atau sumber fatwanya masyarakat.
Dan juga beliau dikenal masyarakat sekitarnya sebagai orang yang dermawan. Disamping itu beliau tidak mengajarkan sesuatu yang tidak beliau kerjakan, dengan kata lain segala sesuatu yang beliau ajarkan/ berikan pada santrinya sudah atau sedang ia kerjakan sendiri.
Beliau juga bisa selalu istiqomahdengan peraturan, artinya beliau dengan peraturan itu selalu menjalankan sesuai peraturan yang telah ditetapkannya dan tidak pernah melanggar sedikitpun, itu merupakan satu nilai yang kadang-kadang tidak semua orang punyai. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat para santri maupun masyarakat yang lainnya simpatik terhadap kepribadian/sikap beliau, sehingga petuah atau ajaranajarannya dapat diterima dengan baik oleh para santri maupun masyarakat yang lainnya.
Jabatan atau karier yang pernah diterima di organisasi maupun di organisasi kemasyarakatan yaitu sebagai berikut:
1. Bagian Kesenian OPPM Gontor
2. Ketua OPPM Gontor
3. Bagian Pengasuhan PM. Gontor
4. Guru Bahasa Arab MTs Penawaja Pageruyung
5. Kepala MTs Penawaja Pageruyung
6. Kepala Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Islahul Akhlak desa Gondoharum
7. Ketua MWC NU Kecamatan Pageruyung
8. Mabigus Utama Gudep Pramuka
9. Ketua Ma’arif kecamatan Sukorejo
10. Sekjen PPP (Komisaris Kecamatan PPP)
11. Pengurus MUI Kecamatan Sukorejo
12. Penasehat IPHI Kecamatan Sukorejo
13. Dewan Pembina Yayasan Darul Amanah
14. Kepala MA Darul Amanah Sukorejo
15. Pimpinan Pesantren Darul Amanah Sukorejo
Adapun perjuangan beliau yaitu sepulangnya dari Pondok Modern Gontor, KH. Mas’ud Abdul Qodir menjadi pengusaha (pedagang hasil bumi). Kemudian menjadi Guru Bahasa Arab MTs Penawaja Pageruyung, kemudian menjadi Kepala MTs Penawaja Pageruyung. Disamping itu beliau menjadi Kepala Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Islahul Akhlak desa Gondoharum.
Disamping itu juga beliau menjadi Sekjen (Sekretaris Jenderal) Komisaris Kecamatan PPP. Beliau juga setelah lulus dari Gontor mendirikan Majlis Ta’lim dan juga guru qiro’ namanya Jam’iyatur Quro’ di desa Gondoharum. Setelah beliau menjadi Kepala kemudian mendirikan pondok pesantren, pertama adalah Pondok Pesantren Darul Amanah dan MA Darul Amanah di tahun 1990, dan langsung ditunjuk untuk menangani dan sekaligus memimpin Pondok Pesantren Darul Amanah dengan dibantu oleh beberapa teman-temannya. Adapun hasil perjuangan yang dapat dirasakan manfaatnya sampai sekarang adalah sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren Darul Amanah berdiri pada tahun 1990.
2. MA Darul Amanah berdiri pada tahun 1990.
3. MTs Darul Amanah berdiri pada tahun 1991.
4. SMK Darul Amanah berdiri pada tahun 2004.
5. Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Islahul Akhlak Desa Gondoharum.
6. Smes’Co Mart berdiri pada tahun 2006.
7. Tosan (Toko Santri) dibawah Koperasi Pondok Pesantren Darul Amanah, yang dulu namanya WA (Warung Amal).
8. TB (Toko Bangunan)
9. Istighosah bersama santri setiap malam Selasa.
10. Pengajian Selapanan bersama Majelis Ta’lim setiap Kamis Pon dan Jum’at Kliwon dan lain sebagainya.
Ada juga beberapa buku hasil karya beliau yangbermanfaat untuk santri maupun masyarakat, diantaranya yaitu buku “Khutbatul Arsy” yang mana buku tersebut merupakan buku panduan khusus untuk santri baru maupun lama agar mengerti dan mengenal kehidupan di Pondok Pesantren Darul Amanah secara mendalam.
Kemudian buku “Ibadah Amaliyah” yang mana buku tersebut merupakan buku panduan khusus para santri yang berisi do’a-do’a, ayat-ayat suci Al Qur’an, bacaan-bacaan lainnya dan juga praktek ibadah. Kemudian buku “Manfaat Tahlil, Yaasiin & Ziarah Kubur” yang mana buku tersebut sebagai penguatan pengetahuan santri dan juga jama’ah majelis ta’lim agar mengetahui dan mengenal secara mendalam tentang fadhilah-fadhilah kegiatan rutinitas yang dilaksanakan di pesantren maupun di masyarakat seperti Tahlil, Yasinan dan Ziarah Kubur. Buku tersebut sangat bermanfaat bagi para santri khususnya dan juga bagi semua masyarakat pada umumnya.
C. Kepemimpinan Dakwah KH. Mas’ud Abdul Qodir Di Dalam Pondok Pesantren Dan Masyarakat
1. Kepemimpinan Dakwah KH. Mas’ud Abdul Qodir di dalam Pondok Pesantren Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan untuk mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin sebagai manusia tidak berbeda dengan orang yang dipimpinnya, tidak terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan yang bersifat universal dan kodrat manusiawi sebagai makhluk. Pemimpin memiliki sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanya lah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.
Pondok Pesantren Darul Amanah merupakan salah satu pondok pesantren yang ada di Kabunan Ngadiwarno Sukorejo Kendal yang dipimpin oleh seorang kyai alumni Gontor yaitu KH. Mas’ud Abdul Qodir. Sebagai seorang pendiri sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Darul Amanah beliau sangat berperan sekali dalam memajukan dan meningkatkan Pondok Pesantren Darul Amanah.
Cara pengembangan pondok pesantren melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan pengetahuan umum, yang mana didalamnya mengikuti sitem Pondok Modern Gontor seperti ada Muhadloroh, Mufrodat, Muhadatsah, Berbahasa Arab/ Inggris, Amaliyah Tadris dan lain sebagainya. Sehingga kelak para santri lulus dari Pondok Pesantren Darul Amanah sudah dibekali pendidikan agama dan umum yang sesuai dengan perkembangan zaman, yang tujuannya agar para santri menjadi generasi penerus bangsa dan agama, sesuai yang pernah diajarkan dan diterapkan di pondok pesantren.
Sikap dan perilaku KH. Mas’ud Abdul Qodir senantiasa mencerminkan sebagai suri tauladan yang baik bagi santri, pengurus pondok ustadzh ustadzah, dengan kata lain kepemimpinannya dipandang istimewadan berwibawa, ramah dan tegas. Terlebih selalu lebih istiqomah, disiplin, kontroling sendiri dalam kegiatan-kegiatan pondok pesantren, Dalam segala hal beliau layak dijadikan contoh, mulai dari sikap atau perilaku beliau, kesederhanaan beliau, bagaimana beliau makan, berbicara, berkomunikasi dengan orang lain, kepribadiannya disegani dan dipatuhi.
Beliau memiliki kepribadian yang baik dan menarik dengan para santrinya, para pengurus pondok ustadz ustadzah, karyawan, guru. Beliau adalah sosok pemimpin yang berwatak lemah lembut, ramah, bersahaja, bijaksana, tegas, penyayang, pendidik dan pembimbing. Beliau selalu menunjukkan sifat santunnya kepada semua orang baik itu pengurus pondok ustadzh ustadzah, santri pondok, guru maupun karyawannya sendiri tanpa membeda-bedakan status mereka.
Beliau tidak memisahkan diri dari para santri, pengurus pondok ataupun dengan yang lainnya akan tetapi beliau menghimbau kepada semuanya agar mengkomunikasikan setiap ada permasalahan yang dihadapi. Karena hal tersebutlah santri, pengurus pondok ustadzh ustadzah, guru maupun karyawannya merasa nyaman ketika meminta pendapat ataupun jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi dan juga beliau penuh perhatian seperti keluarga sendiri.
Sebagai seorang pimpinan pesantren, KH. Mas’ud Abdul Qodir mempunyai pengaruh besar pada kehidupan santri, terutama kehidupan keberagamaannya. Sehingga banyak kegiatan yang dibuat KH. Mas’ud Abdul Qodir yang berhubungan dengan keagamaan, baik kegiatan yang rutin dilakukan di pondok pesantren maupun kegiatan diluar pondok pesantren. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas dakwah yang dikembangkan KH. Mas’ud Abdul Qodir, lebih difokuskan pada pendidikan keagamaan dan kegiatan sosial yang diberikan kepada santri-santrinya.
Peran tersebut sangat berguna untuk meningkatkan kualitas santri. Adapun aktivitas atau kegiatan KH. Mas’ud Abdul Qodir baik di dalam pondok pesantren adalah sebagai berikut:
1. Istighosah setiap malam Selasa
2. Tausiyah setelah sholat Subuh
3. Tausiyah setelah sholat Subuh dengan para ustadz
4. Tausiyah setelah sholat Maghrib dengan para ustadzah
5. Ziarah kubur dengan santri putra
6. Khutbatul Arsy
7. Kajian Jum’at Pagi dengan santri putra
8. Riyadhotul Qulub, dan lain-lain
Seluruh kegiatan KH. Mas’ud Abdul Qodir ini selalu berhubungan dengan proses belajar para santri untuk bisa belajar bersama-sama, mengaji bersama-sama.
KH. Mas’ud Abdul Qodir selalu mengutamakan kenyamanan dalam memberikan pendidikan kepada para santri, agar dalam proses pengajaran dapat menerima dan memahami dengan baik semua pengajaran yang telah diberikan. Karena beliau tidak ingin santrinya merasa terbebani, tertekan dan tidak nyaman dengan pengajaran yang telah diberikan, sehingga beliau menegaskan kepada semua pengurus, ustadz ustadzah agar bersikap kekeluargaan, menghindari kekerasan dalam bentuk apapun dalam memberikan pengajaran kepada santri agar santri merasa betah dan nyaman berada di pondok pesantren.
Tipe kepemimpinan KH. Mas’ud Abdul Qodir di Pondok Pesantren Darul Amanah termasuk dalam tipe kepemimpinan kharismatik, demokratis dan paternalistik, pada tipe kepemimpinan kharismatik terlihat dari sikap santri, para pengurus pondok, ustadz ustadzah, guru maupun keluarga ndalem yang selalu sendiko dawuh dalam melaksanakan perintah beliau. Tidak jarang KH. Mas’ud Abdul Qodir dimohon untuk memberi petunjuk, petuah atau nasihat tentang sesuatu. Dengan kharisma dan daya tarik yang luar biasa tinggi mengakibatkan berkembangnya pondok pesantren dari masa ke masa dengan jumlah santrinya yang dahulu hanya 60 santri dan sekarang kian bertambah mencapai 2300 lebih santri dan 170 mahasiswa SETIA WS.
Sedangkan pada tipe demokratis terbukti ketika beliau dalam melakukan musyawarah atau memimpin rapat, beliau selalu bersikap demokratis yaitu dengan melibatkan semua pihak yang bersangkutan baik itu dari keluarga ndalem, pengurus pondok, ustadz-ustadzah, santri, guru. Beliau tidak pernah mengambil keputusan secara sepihak, semua keputusan beliau musyawarahkan terlebih dahulu dan hasilnya berdasarkan keputusan bersama.
Sedangkan pada tipe paternalistik terbukti ketika beliau senantiasa dipanggil dengan sebutan “Abah/ Pak Yai” oleh para santri, pengurus pondok, ustadzh ustadzah maupun keluarga. Beliau mempunyai jiwa pembimbing dan menganggap orang lain itu santri semua selain beliau baik itu para santri, pengurus pondok maupun ustadz ustadzah.
2. Kepemimpinan Dakwah KH. Mas’ud Abdul Qodir di masyarakat Hubungan Pondok Pesantren Darul Amanah dengan masyarakat selama ini cukup baik, karena tanpa masyarakat Pondok Pesantren Darul Amanah tidak bisa berkembang dengan baik. Terlebih KH. Mas’ud Abdul Qodir sebagai sosok pemimpin yang bisa menjadi contoh dan tauladan bagi masyarakat sekitarnya.
Kehadiran pesantren ditengah-tengah masyarakat mendapat dukungan sangat besar dari masyarakat, tingkat dukungan masyarakat sangat tinggi terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pesantren dan kegiatan-kegiatan keagamaan pada umumnya, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara santri, masyarakat dan juga kyai.
Selain sebagai pimpinan pesantren, KH. Mas’ud Abdul Qodir juga merupakan seorang tokoh agama (kyai) bagi masyarakat, yang mana beliau dimasyarakat sebagai suri tauladan, guru rohani (spiritual), sumber nasehat atau sumber fatwanya masyarakat. Beliau sendiri mempunyai sikap atau perilaku yang menarik di antaranya mempunyai kebesaran hati dan jiwa, kedewasaan dalam berpikir, sederhana, sabar, bertanggung jawab, dermawan, bijaksana, adil dan tegas dalam mengambil keputusan, sumber fatwa dan nasehat, selalu menerima keluhan dari masyarakat, bisa mengatasi masalahmasalah yang terjadi di masyarakat dan tegas dalam menyelesaikan masalah.
Sebagai seorang tokoh agama (kyai) KH. Mas’ud Abdul Qodir memiliki kepribadian yang baik dan menarik dan mempunyai pengaruh besar pada masyarakat disekitarnya, terutama kehidupan keberagamaannya. Sehingga banyak kegiatan yang dibuat KH. Mas’ud Abdul Qodir yang berhubungan dengan keagamaan. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas dakwah yang dikembangkan KH. Mas’ud Abdul Qodir, lebih difokuskan pada keagamaan dan kegiatan sosial yang diberikan kepada masyarakat disekitarnya. Peran tersebut sangat berguna untuk merubah kondisi masyarakat yang lebih baik sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Adapun aktivitas atau kegiatan KH. Mas’ud Abdul Qodir baik di dalam di masyarakat yang rutin dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengajian selapanan setiap Kamis Pon dengan bapak-bapak
2. Pengajian selapanan setiap Jum’at Kliwon dengan ibu-ibu
3. Tausiyah di acara tertentu/ undangan (walimatul arsy, khitan, safar dll)
4. Ziarah kubur
5. Tahlil keliling dengan masyarakat, dan lain-lain
Seluruh kegiatan KH. Mas’ud Abdul Qodir ini selalu berhubungan dengan proses belajar dan mengaji bagi masyarakat untuk bisa mengaji bersama-sama, memperdalam ilmu keagamaan dan lebih meningkatkan lagi dalam beribadah. KH. Mas’ud Abdul Qodir selalu mengutamakan kenyamanan dalam memberikan tausiyah/ ceramah pada pengajian majelis ta’lim maupun masyarakat lainnya, agar dapat menerima dan memahami dengan baik semua tausiyah/ ceramah yang telah diberikan.
Karena beliau tidak ingin jama’ahnya merasa terbebani, tertekan dan tidak nyaman dengan tausiyah/ ceramah yang telah diberikan, sehingga beliau menegaskan kepada semua pengurus, ustadz ustadzah ataupun kyai agar bersikap kekeluargaan, kemasyarakatan, menghindari bahasa yang tidak dimengerti oleh kaum awam dan menghindari kekerasan dalam bentuk apapun, agar para jama’ah atau masyarakat yang lainnya merasa nyaman, mendapat manfaat dari apa yang diperoleh dalam pengajian tersebut serta menjadikan semakin bertambahnya orang yang berdatangan untuk mengikuti pengajian.
Tipe kepemimpinan KH. Mas’ud Abdul Qodir di masyarakat termasuk dalam tipe kepemimpinan kharismatik, demokratis dan paternalistik, pada tipe kepemimpinan kharismatik terlihat dari sikap masyarakat yang selalu sendiko dawuh dalam melaksanakan perintah beliau.
Tidak jarang KH. Mas’ud Abdul Qodir dimohon untuk memberi petunjuk, petuah atau nasihat tentang sesuatu. Dengan kharisma dan daya tarik yang luar biasa tinggi mengakibatkan berkembangnya jumlah majelis ta’lim mencapai 600 lebih majelis ta’lim laki-laki dan perempuan.
Sedangkan pada tipe demokratis terbukti ketika beliau dalam melakukan musyawarah selalu bersikap demokratis yaitu dengan melibatkan semua pihak yang bersangkutan baik itu dari pengurus Madrasah Diniyah, pengurus Takmir Masjid, pengurus Jamiyah maupun majelis ta’lim ataupun dengan yang lainnya. Beliau tidak pernah mengambil keputusan secara sepihak melainkan hasil keputusan bersama. Dan pada tipe paternalistik terbukti ketika beliau senantiasa dipanggil dengan sebutan “Pak Yai” oleh masyarakat. Beliau selalu dihormati dan di segani dan selalu diminta untuk memberi nasehat atau petuah tentang sesuatu.