ARTIKEL
Gema Takbir dan Sholawat Meriahkan Malam Peringatan Hari Raya Idul Adha 1442 H
DARUL AMANAH – Seluruh umat muslim seluruh dunia pada malam ini mengumandangkan kalimat Takbir dengan tujuan mengagungkan nama Allah SWT.
Tepat pada hari esok, umat Muslim akan merayakan hari raya Idul Adha atau sering juga disebut hari raya Qurban.
Hari raya Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijjah yang sebelumnya pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah disunahkan untuk melaksanakan ibadah puasa, yakni puasa Tarwiyah dan Arafah.
Malam ini kumandang Takbir menggema di seluruh pelosok negeri di seluruh dunia yang merayakan Idul Adha.
Pasalnya, tak mesti dilakukan di masjid, takbiran boleh dilakukan di rumah, baik sendirian ataupun berjamaah, apalagi di tengah situasi pandemi covid-19 seperti sekarang ini.
Waktu takbiran sendiri dimulai dari terbenamnya matahari malam 10 Dzulhijjah. Takbiran bisa dilakukan selama 3 hari, tepatnya sampai waktu terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah 1442 H.
Tidak ketinggalan santri Pondok Pesantren Darul Amanah malam hari ini melaksanakan kegiatan Gema takbir dan sholawat bersama untuk doa keselamatan dan kesehatan menyambut Hari Raya Idul Adha 1442 H di Halaman Masjid Darunnajah, Senin, (19 Juli 2021).
Acara ini diikuti seluruh dewan Asatidz dan santri Pondok Pesantren Darul Amanah.
Dalam Sambutanya, Direktur TMI Pondok Pesantren Darul Amanah H. Muhammad Fatwa menyampaikan, Rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan sehingga pada malam hari ini bisa berkumpul dan menyambut malam hari idul adha.
“Mudah-mudahan malam ini kita semua diberi kesehatan, keselamatan, keberkahan dan keteguhan iman, serta meneladani pengorbanan dan perjuangan Nabi Ibrahim As dalam hidupnya, serta kita semua bisa menjadi hamba-hamba yang selalu bertaqwa kepada Allah SWT”, Ujar H. Muhammad Fatwa.
Sebagai Narasumber Ustadz Zaenal Abidin, S.Pd.I menyampaikan, “Kita harus terus bersyukur kepada Allah SWT, karena kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk merayakan Hari Raya Idul Adha tahun ini dengan penuh rasa gembira dan bahagia, meskipun kita merayakannya dalam keadaan masa pandemi covid-19″.
Meskipun dalam masa pandemi covid 19 ini, jangan sampai hal itu mengurangi rasa syukur kita terhadap Allah SWT karena percayalah, semua sudah kehendak Allah, dan pasti rencana Allah-lah yang terbaik untuk hamba hamba-Nya”, Terang Ustadz Zaenal.
Beliau memaparkan, “Dibulan yang mulia ini, tepatnya bulan dzulhijjah namanya. terdapat banyak amalan-amalan yg istimewa dan juga didalamnya pernah terjadi rangkaian peristiwa yang luar biasa. ada amalan puasa tarwiyah dan arofah yang pahalanya luar biasa besar. dan ada peristiwa peristiwa yang pernah dialami oleh Nabiyulloh Ibrahim As yang kemudian diabadikan dalam rangkaian ibadah haji, ada lempar jumroh, sai dan kegiatan ibadah lainya”.
“Di dalam kita merayakan hari raya idul adha, kita tidak bisa lepas dari sejarah perjalanan Nabi Ibrahim As beserta keluarganya. bahkan ada yang mengatakan kalau bulan dzulhijjah adalah bulannya keluarga nabi ibrahim, karena memang didalam bulan dzulhijjah bnyak peristiwa yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim As, sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim meneladani kisah kisah para nabi terdahulu”, Imbuhnya.
Beliau menambahkan, “Perjalanan hidup Nabi Ibrahim As merupakan sebuah perjalanan panjang dalam pencarian dan pengabdian diri terhadap Allah SWT. diawali dengan perjalanan Nabi Ibrahim As dalam pencarian tuhan Allah sampai pada perjalanan keluarga nabi ibrahim yang awalnya lama tidak diberi keturunan hingga pada akhirnya setelah penantian panjang Allah memberi keturunan anak laki-laki.
Dalam usianya yang sudah senja, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniakan anak yang saleh. Allah pun mengabulkan permohonannya dan mengaruniakannya seorang anak yang mulia dan penyabar.
Singkat cerita setelah Nabi Ibrahim sekian lama menantikan hadirnya seorang anak beliau selalu bermunajat kepada Allah SWT terus menerus tak kenal putus asa, dengan berdoa robbi habli minassolihin
رب هب لي من الصالحين
Pada akhirnya Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim As setelah 80 tahun lamanya dalam penantian. lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail As.
Ketika Ismail beranjak besar, disebutkan berusia sekitar 14 tahun, Allah SWT menguji ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan putranya. Allah SWT meminta Ibrahim untuk menyembelih Ismail. Perintah ini datang dalam mimpi Nabi Ibrahim yang kemudian disampaikan kepada Nabi Ismail untuk meminta pendapatnya.
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
Artinya: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” (Qur’an Surat Ash-Shaffat ayat 102).
Seiring berjalanya waktu ismail beranjak dewasa Allah menguji Nabi Ibrahim dengan memerintahkan dalam mimpi agar Nabi Ibrahim mengorbankan Ismail sebagai bukti ketakwaan dan ketaatan kepada Allah”. Nabi Ibrahim As awalnya ragu dengan mimpi itu, apakah mimpi itu benar benar perintah tuhan atau hanya bisikan setan belaka. setelah Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi yang sama utk kedua kalinya, akhirnya Nabi Ibrahim As merasa yakin dan mantap kalau apa yang ada dalam mimpinya itu perintah Allah dan Nabi Ibrahim mengajak Ismail ke sebuah bukit untuk dikorbankan kepada Allah swt, dan akhir cerita Allah mengutus malaikat agar mengganti Ismail dengan seekor domba sehingga yang disembelih adalah seekor domba”, Terangnya.
“Hikmah dari kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim As adalah pertama; selalu mendekatkan diri terhadap Allah SWT. kedua; pengorbanan untuk cinta kepada Allah swt. ketiga; ikhlas dan percaya kepada kehendak Allah SWT dan yang keempat; seiring disembelihnya hewan kambing atau sapi itu sebagai lambang kita sebagai manusia harus menghilangkan sifat hewani yang ada pada diri kita”, Tutup Ustad Zaenal Abidin.