ARTIKEL
Komunitas Literasi Ilmiah dan Sastra Darul Amanah Kunjungi Universitas Gadjah Mada
JOGJAKARTA – Santri yang tergabung dalam Komunitas Ilmiah dan Sastra Santri Pondok Pesantren Darul Amanah (KISSDA) Kunjungi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Selasa-Rabu, 28-29/01/2020.
Rombongan Rihlah Ilmiah berjumlah 83 Santri putra dan 100 Santri Putri didampingi 9 Pembimbing, diterima langsung oleh Prof. Dr. Sangidu, M.Hum, Abdul Jawat Nur, S.S., M.Hum dan Imam Wicaksono, Lc, MA di Gedung Auditorium FIB Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Dalam pertemuan acara, H. Nasirudin, S.Pd selaku pimpinan rombongan menyampaikan salam dari Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Darul Amanah Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, KH.Mas’ud Abdul Qodir serta menerangkan sedikit tentang Profil dan perkembangan pesantren.
H. Nasirudin, S. Pd menambahkan, KISSDA merupakan komunitas santri yang fokus dalam pengembangan literasi ilmiah dan sastra dipondok pesantren darul amanah, maka dari itu kami perlu belajar banyak tentang sejarah dan perkembangan sastra terutama wilayah timur tengah”.
Dalam sesi pembuka, Prof. Sangidu, M.Hum menyampaikan tentang sejarah berdirinya Program Pendidikan Sastra Arab di Universitas Gadjah Mada.
“Jurusan Asia Barat didirikan pada tanggal 1 Juli 1963 dengan nama Sastra Arab atas prakarsa Prof. Dra. Siti Baroroh Baried. Pendirian Jurusan Sastra Asia Barat terutama didorong oleh dua faktor utama. Pertama, usaha untuk menguasai bahasa Arab yang banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Kedua, untuk memahami hubungan sosial kultural bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Indonesia mayoritas beragama Islam. Tujuan pendirian Jurusan Sastra Asia Barat adalah untuk mempersiapkan tenaga yang berkeahlian bahasa dan sastra Arab pada departemen-departemen atau instansi yang membutuhkannya”.
Sekretaris Program Studi Sastra Arab, Abdul Jawat Nur, S.S. M.Hum Menambahkan, Sastra di timur tengah sangatlah luas, sama halnya sastra yang berkembang di Indonesia. Negara Arab di timur tengah jumlahnya ada 22 negara yang mempunyai tulisan bahasa yang sama tetapi dialeknya berbeda.
“Sastra tak lahir dengan kekosongan akan tetapi sastra lahir karena ada latar belakang dan sastra merupakan cerminan dari masyarakat pendukungnya”.Imbuh beliau.
Acara ditutup dengan serah terima plakat dan gift sebagai kenang-kenangan serta photo bersama seluruh peserta rombongan.