ARTIKEL
Bahasa Mahkota Pesantren
Bahasa adalah mahkota pondok, demikian kata-kata yang sering disampaikan penggerak bahasa di Pondok Pesantren Darul Amanah. Dalam istilah lain, language is our crown atau al-lughatu taaju-l-ma’hadi. Ibarat mahkota, bahasa menjadi simbol kehormatan dan kebanggaan Pondok Pesantren Darul Amanah.
Maklum, Darul Amanah memang dikenal sebagai pondok yang mengembangkan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Sehingga, Darul Amanah sering mendapat julukan laboratorium hidup untuk kedua bahasa asing tersebut.
Di asrama, santri-santri harus menggunakan bahasa Arab atau Inggris dalam setiap percakapannya. Demikian pula dalam pergaulan mereka dengan santri-santri lain di luar asrama. Ada istilah minggu bahasa Arab dan minggu bahasa Inggris di Pondok Pesantren Darul Amanah, atau diistilahkan juga dalam bahasa Inggris dengan Arabic fortnight and English fortnight. Sedangkan dalam bahasa Arab diberi istilah al-usbu’ al-‘Araby wa al-usbu’ al-Injilizy.
Maksudnya, untuk penerapan kedua bahasa asing tersebut dalam percakapan santri-santri, Darul Amanah menjadwalkannya secara teratur dalam dua mingguan, dua minggu khusus untuk bahasa Arab, dan kemudian berganti bahasa Inggris untuk dua minggu selanjutnya.
Biasanya, pergantian bahasa itu bdibacakan Bagian Penerangan Organisasi Santri Darul Amanah (OSDA). Jika pengumuman itu berbahasa Arab, berarti mulai saat itu hingga dua minggu ke depan santri-santri wajib berbahasa Arab. Sebaliknya, jika pengumumannya berbahasa Inggris, berarti mereka telah memasuki minggu bahasa Inggris.
Peraturan ini berjalan dengan disiplin. Di asrama, santri-santri diawasi para pengurus dari kelas 5. Sedangkan kelas 6 selaku pengurus OSDA, khususnya Bagian Penggerak Bahasa Pusat atau lebih dikenal dengan istilah The Centre for Language Improvement (CLI) dalam bahasa Inggris dan Qismu Ihyȃi al-Lughah al-Markazy dalam istilah Arab-nya, mengawasi jalannya disiplin bahasa di asrama-asrama dan di kawasan pondok secara menyeluruh.
Khusus santri baru, mereka diberi waktu tiga bulan masa percobaan untuk membiasakan diri berbahasa resmi pondok, sebelum benar-benar diwajibkan. Dalam tiga bulan pertama, santri baru masih ditoleransi menggunakan sedikit bahasa Indonesia dalam percakapannya sambil perlahan mempraktikkan bahasa Arab.
Biasanya, secara bertahap dalam jangka waktu itu santri baru akan mampu bercakap-cakap ringan dengan bahasa Arab yang sering didengar dan dicontohkan guru di kelas atau kakak kelas 5 di asrama.
Tiga bulan selanjutnya, ia sudah harus berhati-hati agar tidak sampai berbicara bahasa Indonesia sepatah kata pun juga. Disiplin bahasa sudah sepenuhnya harus dipatuhi memasuki bulan keempat mereka menjadi santri Darul Amanah.
Pada enam bulan pertama itu, santri baru hanya mempraktikkan percakapan berbahasa Arab. Mereka belum terikat peraturan dua minggu bahasa Inggris. Selama setengah tahun, mereka dibiasakan berbahasa Arab dulu di asrama dan dalam pergaulan sesama santri baru. Barulah pada semester kedua, santri-santri baru mulai mengikuti peraturan berbahasa dwi-mingguan, bahasa Arab dan Inggris secara bergantian.